Selasa, 02 Januari 2018

s e p u l u h

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B



Ini merupakan refleksi dari pergelaran wayang "Hanoman Mission" saya Senin 27 November 2017 bersama dengan rekan-rekan kelas B , semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Pertunjukan pertama saya untuk menonton wayang dari awal sampai akhir, biasanya saya hanya menonton jika  saya ingin dan jika bosan saya langsung pergi meninggalkan arena
Namun berbeda pada hari itu, mungkin karena saya dengan rekan2 jadinya semakin rasa ingin tahu saya dengan wayang ditambah lagi dengan adanya tuga yang menjadikan kami pergi bersama dan janjian bertemu di lokasi pageleran wayang

Wayang sendiri  memiliki banyak sekali yang bisa dipetik diantaranya adalah dengan menihat nilai-nilai yang terdapat pada pageleran wayang.

Wayang memiliki nilai-nilai pelajaran hidup yang dapat diterapkan dalamkehidupan sehari-hari. Nilai-nilai tersebut disampaikan secara tersurat dan tersirat. Pada saat saya melihat pertunjukkan wayang, cerita wayang tersebut adalah tentang senjata sakti yang dicuri. Beberapa nilai-nilai yang dapat dipelajari dalam pertunjukkan wayang tersebut adalah kejahatan pada akhirnya akan dikalahkan oleh kebaikan. Hal tersebut memberikan pelajaran bahwa dalam hidup ini manusia hendaknya selalu  menggapai kebaikan, arena bagaimanapun pada akhirnya kebaikanlah yang akan menang. Selanjutnya di akhir pagelaran muncul tokoh semar yang memberikan nasehat kepada tokoh wayang datang kepada tokoh semar untuk meminta nasehat dan doa restu untuk dia berperang merebut pisau yang telah dicuri.

Tokoh semar memberikan nasehat bahwa memohonlah pertolongan kepada sang Kuasa, maka kemenangan akan diraih. Hal tersebut memberikan pelajaran bahwa dalam segala aktivitas dan tindakan yang dilakukan senantiasa mengharap ridho Allah untuk mencapai apa yang ingin dicapai. Nilai-nilai tersebut adalah terkait spiritual. Setelah tokoh menghadap semar, pulanglah tokoh di tengah perjalanan bertemu dengan seekor harimau. Seekor harimau tersebut menggambarkan tantangan yang harus dihadapi dalam hidup ini.

Dalam hidup ini tidaklah berjalan mulus sesuai apa yang diinginkan, tantangan dan rintangan dapat saja muncul tanpa diduga. Hal tersebut memberikan pelajaran untuk selalu berhati-hati dalam mengambil setiapkeputusan hidup dan senantiasa beerja keras untuk menghadapai halangan dan rintangan tersebut. Sampai pada akhirnya harimau mati. Dan tokoh berperang untukmerebut pedang miliknya yang telah dicuri, dengan segala upaya dan doa maka akhirnya tokoh tersebut berhasil merebut kembali apa yang dicurinya. Hal tersebut menggambarkan bahwa manusia dapat meraih apa yang diinginkannya dengan kerja keras dan selalu diiringi doa kepada yang Maha Kuasa. Selanjutnya seseorang yang merampas hak orang lain pada akhirnya akan memperoleh balasan sesuai dengan perbuatannya.

Semoga bisa menjadi sedikit ilmu yang bisa digunakan dan diberikan kepada penulis lain



SemangaArt

s e m b i l a n

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B



Ini merupakan refleksi ke sembilan saya Rabu, 22 November 2017, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Berdasarkan http://www.negarahukum.com/hukum/pengertian-hermeneutika.html yang diunggah pada tanggal 3 Januari 2018 Hermeneutika adalah Jacques Derrida  (Munir Fuadi: 2005), filsuf postmodern yang terkenal dengan teorinya “dekonstruksi”  menolak anggapan kaum realis yang menyatakan bahwa bahasa menunjukan realitas yang sebenarnya sehingga bahasa dapat menyingkap suatu kebenaran yang pasti. Jacques Derrida beranggapan bahwa bahasa tidak dapat mengungkapkan realita yang sesungguhnya, karena itu diperlukan penggunaan penafsiran terhadap teks tertulis yang disebut dengan hermeneutika. Secara etimologi, kata hermeneutik berasal dari bahasa Yunani hermeneuein yang berarti menafsirkan. Maka kata benda heremenia secara harfia dapat diartikan sebagai penafsiran atau interpretasi. Istilah ini diambil dari mitologi Yunani pada tokoh yang bernama Hermes, yaitu seorang utusan yang mempunyai tugas menyampaikan pesan Jupiter kepada manusia. Hermes digambarkan sebagai seorang yang mempunyai kaki bersayap, dan lebih banyak dikenal dengan sebutan Mercurius dalam bahasa latin. Tugas Hermes adalah menerjemahkan pesan-pesan dari dewa di Gunung Olympus ke dalam bahasa yang dapat dimengerti oleh umat manusia. Oleh karena itu fungsi hermes adalah penting sebab bila terjadi kesalahpahaman tentang pesan dewa-dewa, akibatnya akan fatal bagi seluruh umat manusia. Hermes harus mampu menginterpretasikan atau menyadur sebuah pesan yang dipergunakan oleh pendengarnya. Oleh karena itu hermeneutika pada akhirnya diartikan sebagai ”proses mengubah sesuatu atau situasi ketidak tahuan menjadi mengerti” (Richard E. Palmer, 1969:3).

Hermeneutika hidup membawa kita pada pemandangan gunung-gunung. Gunug itu berstruktur. Terlihat tinggi dan menakutkan bahkan mematikan. Yang menakutkan dari diri kita masing-masing adalah determinisnya, kuasanya. Jika dalam pembelajaran terlihat ketika guru melimpahkan determinis-determinisnya. Ketika guru otoriter, maka adalah bahaya, karena dia sedang meluapkan limpahan lava-lavanya pada murid-muridnya. Maka luncuran gunung itu bisa jadi bencana atau tidak tergantung posisinya. Jawabannya adalah persepsi dan persiapan. Ingat temanku, jika kita siap mengahadapinya, maka bencana bisa jadi barokah.

Banyaks sekali yang bisa diangkat pada herneutika kahidupan pada pembelajaran filsafat ilmu kali ini dikarenakan yang menjadi api akan selalu menginginkan lebih yaitu kobaran, dan yang menjadi air akan menginkan lebih yaitu gumpalan.
Apa yang bisa dipertik dalam pembelajaran filsafat ilmu menjadikan manusia menjadi semakin egois dengan apa yang mereka inginkan, seperti orangtua menginginkan lebih kepada anak, guru menginginkan lebih kapada murid begitu pula dengan tingkat hedonisme yang sedang menyerang banyak sekali warga didunia, bukan hanya di Indonesia
Semoga saja apaun yang menajdi kedamaian mereka bisa menjadikan mereka damai, bukan hanya karena ego, gensi dan loyalitas semata.
Melainkan untuk kedamaian batin dan pikiran mereka sendiri.



semangArt 

d e l a p a n

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B



Ini merupakan refleksi ke tujuh saya Rabu, 15 November 2017, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.

--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Solusi untuk meningkatkan efektifitas pendidikan adalah dengan melakukan inovasi pembelajaran. Inovasi pembelajaran merupakan jawaban strategis untuk mengimbangi perkembangan pendidikan dengan pendekatan masalitas selama ini, sekaligus menjawab tantangan dunia pendidikan dalam membina manusia Indonesia seutuhnya. Semua ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak yang terkait dengan pendidikan dalam melakukan inovasi pemelajaran seperti apa yang dimaksud secara real dan secara kebutuhan pembelajaran namun berdasarkan pengamatan, sesorang pendidik indonesia yang benar2 pendidik menurut saya yang mengabdi didaerah tertinggal untuk membangun sekolah dan pembelajaran disana, bukan hanya menunggu bantuan datang dari pemerintah daerah atau lainnya, melainkan tenaga pengajar itu sendiri. dan tidak menutup kemungkinan seharusnya mereka lebih diberikan tunjangan gaji yang lebih, karena minimnya akses dan sulitnya jalan untuk memasuki area pemukiman warga, bahkan untuk mencari listrik (mengecas hp dll) dan air bersih pun jauh dari pemukiman warga bisa menempuh jarak kurang lebih 3 jam
indonesia sudah banyak sekali tenaga pendidik yang lulus diibu kota atau kota pelajar jogja ini, namun wadah untuk mereka bertahan hidup pun sulit oleh karena itu mereka bekerja apa saja yang penting perut terisi dahulu
dalam pengembangan lptk pendidikan guru, sudah jelas kritikannya, saran dll ditujukan kepada siapa? tinggal maju untuk menggerakkan tenaga pendidik
karena orang indonesia terbiasa malas menggerjakan sesuatu dan berharap yang mudah namun menggasilkan yang baik, oleh karena itu yang pengeritik lebih banyak dari pada pembuat gerakan yang benar2 mau terjun langsung

pernyataan diatas merupakan suatu gambaran bagi saya dikarenakan belajar dengan berfisafat itu mudah, sulit, sukar, namun  bisa saja lekang dikarenakan pendidikan yang semakin meju, dan di Indonesia banyak sekali daerah2 yang masih benar-benar membutuhkan asupan fasilitas dan fasilitator
dalam berfilsafat banyak sekali yang diajarkan oleh Prof. Marsigit tentang bagaimana menjadi filsuf untuk diri sendiri dalam berfilsafat, kembali lagi pada elegi, apa yang sebenarnya pendidikan filsafat ilmu berdasarkan Prof. Marsigit, karena saya sebagai mahasiswa masih benar-benar memiliki kekurangan dan juga kekurang fasihan dalam mengingat nama dan kutipan, saya benar2 benar harus belajar ekstra pada filsafat ilmu ini sendiri.
Bukannya saya mengabaikan mata pelajaran lain, melainkan saya mencari solusi bagaimana untuk bisa memahani dan akhirnya saya semakin sulit untuk memahami.
Bagaimana takaran mahasiswa dikatatan memahami dan mendapat point tinggi untuk berfilsafat? Jika dengan ikhlas sesuai dengan kekuatan masing-masing mahasiswa dalam menerima penyampaian materi menurut saya masih kurang bisa untuk bisa dipahami
Karena saya lebih sering kacau dan akhirnya hanya mampu meneripa apa yang bisa saya terima dan yang belum bisa saya terima tidak saya paksakan, dikarenakan mungkin belum sampai pada taraf itu saya untuk memahami apa yang harusnya saya pahami
Seperti peran paralogos, semoga saya mampu untuk selalu menuntut ilmu sesuai dengan tingkatan saya
Aamiin ya Allah


semangArt

t u j u h

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B



Ini merupakan refleksi ke enam saya Rabu, 7 November 2017, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Lagi-lagi pertemuan yang diawali dengan jawab singkat
Pada pertemuan kali ini saya telat masuk ke dalam kelas dan hasilnya saya banyak ketinggalan soal, finally saya bertanya dan meminta rekaman dari rekan saya untuk mengetahui apa saja yang menjadi pertanyaan dan pembahasan diawal pertemuan
Berikut merupakan uraian yang terjadi pada awal pertemuan:
1. Dialah Satre, sang tokoh pencetus “kosong
2. "Dialah Plato, dialah tokohnya “isi”
3. Maka sudah pastilah Plato juga yang menjadi tokoh “wadah”
4. Dialah Karl Marx, hadir sebagai tokohnya “tanah”
5. Dan batu, tokohnya “batu”, jugalah Karl Marx
6.  Muncul juga Herarkleitos, sang tokoh “berubah”
7. Dan ternyata ada berubah, ada pula tetap. Dialah Parmenides, dialah tokohnya “tetap”
8. Mencoba. Bahkan “mencoba” sudah menjadi aliran filsafat yang mutakhir. Artinya, “mencoba” pun sudah menjadi buah pemikiran tokoh filsuf terdahulu. Adalah David Hume, dialah tokohnya “mencoba”
9. Selanjutnya, diri ini pun dikenalkan dengan Renedescartes, dialah empunya “fiksi”
10. Ada juga Socrates, yang hadir memperkenalkan diri sebagai tokohnya “bertanya”
11. Maka menjadi sebuah pola hubungan, jika tokohnya “menjawab” adalah Socrates jua. Karena sudah pasti ada yang bertanya, akan ada pula yang menjawab.
12. Adalah Husrel yang hadir sebagai tokohnya “peduli”
13. Husrel pulalah yang kembali hadir sebagai tokoh “memilih”
14. Dan Imanuel Kant pun muncul, memperkenalkan dirinya, bahwa dirinya lah sang tokoh “transenden”
15. Selanjutnya, muncul lagi filsuf lainnya. Adalah Aristoteles sebagai tokoh “saklek”
16. Kali ini, David Hume memperkenalkan dirinya kembali, sebagai tokoh yang berbeda dari sebelumnya yang telah dituliskan di atas. Kali ini David Hume muncul sebagai tokoh “mencoba”
17. Kali ini dibicarakan tentang “salah”. “Salah” adalah “benar”. Dialah Lakatos sebagai tokohnya
18. Selanjutnya adalah Nitze. Dialah filsuf yang hadir dan memperkenalkan dirinya sebagai sang tokoh “yang mungkin ada”
19. Adalah Imanuel Kant, yang kembali memperkenalkan diri sebagai empunya noumena. Dialah tokohnya “di luar kenyataan”
20. Adalah Helbert, dialah tokohnya “formal”
21. Kemudian, hadirlah Hegel yang memperkenalkan dirinya sebagai sang tokoh “sejarah”
22. Hadir kembali Renedescartes, memperkenalkan dirinya yang lainnya, yaitu sebagai tokoh “ragu-ragu”
23. Dan ada juga Wittgenstein yang hadir memperkenalkan diri sebagai tokohnya “permainan bahasa”
24. Dan lagi, Imanuel Kant hadir memperkenalkan dirinya yang lainnya, sebagai tokohnya “kontradiksi”

Berdasarkan tes jawab singkat tersebut lagi-lagi saya mendapat nilai 0 walaupun saya sudah membaca dan mengomentari blog, tapi ingatan saya dan juga kekurangan saya masih banyak, saya harus lebih giat lagi dalam bidang ingatan, dikarenakan saya sulit untuk menghafal nama dan juga sulit untuk menggingat tahun, namun saya memingat peristiwa yang terjadi jika saya membaca ataupun mengalaminya
Baca baca baca
Mungkin benar adanya bila perbanyak practice akan menjadikan kekurangan menjadi kelebihan
Semoga saja saya bisa dan mampu



semangArt

e n a m

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B





Ini merupakan refleksi ke enam saya Rabu, 1 November 2017, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Berdasarkan https://www.eurekapendidikan.com/2014/10/pengertian-ontologi-dalam-filsafat-ilmu.html yang diunggah pada tanggal 3 Januari 2018,  Ontologi merupakan salah satu dari tiga kajian Filasafat Ilmu yang paling kuno dan berasal dari Yunani. Studi ontologi yang membahas sesuatu yang bersifat nyata, konkret. Tokoh Yunani yang memiliki pemikiran yang bersifat ontologis yang terkenal adalah Thales, Plato, dan Aristoteles. Pada masa yunani ketika mithology masih memeiliki pengaruh yang kuat, kebanyakan orang belum mampu membedakan antara penampakan dengan kenyataan. Bahkan pada masa tersebut ada banyak hal yang masih mengkaji kejadian alam dalam bentuk mistis sebagai penanggung jawab dari fenomena alam yang sulit untuk dimengerti.

Dikelas pun beliau mengajarkan tentang ontologi yang merupakan sesuatu yang nyata, bisa thesis dan anti thesis yang menjadikan manusia memiliki kemampuan untuk mengetahui lebih baik. Sejujurnya saya masih kurang memahami apa yang menjadikan manusia jadi ada, pengada dan berintuisi dengan membaca blog dan mendengarkan apa yang beliau sampaikan didalam kelas menjadikan tingkatan logos saya menjadi lebih berguna, karena filsafat itu berdasarkan filsafat diri sendiri.

Sampai dimana tingkatan yang menjadikan manusia baik bahkan kurang baik itu sesuai dengan baik mu itu sendiri, jika kamu mengatakan hal itu baik maka menjadi baik pula hal tersebut, dan jika kamu mengatakan hal tersebut kurang baik maka jadi kurang baik pula hal tersebut.

Seperti yang terdapat pada postingan di blog banyak sekali yang bisa diangkat pada refleksi filsafat ilmu, karena semuanya berkontribusi, saling berkaitan dan saling memiliki peran, sesuai dengan apa, bagaimana dan mengapa kita menggunakan yang sudah ada.

Balik lagi kepada ontologi filsafat, saya sendiri masih terkadang sering lalai akan hal tersebut dikarenakan berbeda ruang dan waktu berbeda pula cara saya untuk nunjukan apa, peran yang sesuai dengan lawan saya bertemu.

Sepertinya refleksi ini belum selesai, mungkin akan saya lanjutkan lagi dengan  refleksi selanjutnya yang akan menjadikan saya dan juga pembaca mudah untuk memahami apa yang saya ingin sampaikan

Karena sebenar-benarnya penyampaian sesuai dengan penerima itu sendiri mau berpendapat dan mendapat apa dari yang dibaca, dilihat, didengar dan dirasakan.



semangArt


l i m a

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B



Ini merupakan refleksi ke lima saya Rabu, 25 Oktober 2017, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------

Sedikit kicauan saya akan apa yang membuat onar logika saya

Untuk tanggal yang males saya ucapkan
Untuk keringanan yang diberikan sebagai doping dari kegelapan yang mengindahkan kejayaan
Bagi setiap manusia mereka membiasakan diri untuk tidak terlalu terjerumus oleh kehidupan seseorang karena untuk menerima seseorang memasuki kehidupan itu sulit
Yang berkata aku akan membantumu tak lama waktu berjalan ia pergi tanpa izin sesuai dengan apa yang ingin ia kerjaan dan melupakan dengan mudah apa yang ia janjikan terdahlu
Ya ya ya kemana mereka yang berjanji pada saya? Apakah saya harus mengemis seperti terdahulu agar hati ini tak lagi terluka oleh kepalsuan sesaat


Pernyataan diatas merupakan refleksi ketika saya membaca elegi-elegi https://powermathematics.blogspot.co.id/ lagi-lagi saya merasa keliru akan apa yang ingin dan apa yang sudah saya lakukan, terlalu banyak pikiran yang menjerumuskan diri dari sifat ego yang sudah terlelap entah kapan dimulainya. Saya ingin menjadi, saya bercita-cita dan saya ingin dimasa depan untuk menjadi apa yang saya inginkan, namun sulit untuk menjadikan diri ini yakin, dan kembali pada elegi. Ditambah pengertahuan yang saya dapatkan didalam kelas Filsafat Ilmu menjadikan saya berpikir dan lagi lagi berpikir, untuk apa, mengapa dan harus seperti apa saya menjalani kehidupan.
Indonesia merupakan negara berkembang semenjak saya mendapatkan mata pelajaran RPUL dimasa Sekolah Dasar, nanun kenyataannya sampai saat ini Indonesia tetap menjadi negara berkembang, apakah ada yang keliru dari mekanisme yang dijalani oleh pemerintahan Indonesia atau memang jika negara Indonesia sudah maju, tidak ada lagi yang harus dikembangkan, sedangkan Indonesia merupakan negara kepulauan yang mayotitas penduduknya merupakan nelayan karena dikelilingi oleh lautan yang teramat sangat luas
Namun bukan berarti warga Indonesia bodoh dan berpendidilkan tertinggal, karena banyak masyarakat Indonesia khususnya pemuda-pemudi bangsa yang tetap menuntut ilmunya bahkan ke luar negeri sekalipun.

Lagi-lagi masyarakat Indonesia banyak yang kaget dengan ideologi dan politik yang semakin maju dan semakin menguntungkan bagi oknum-oknum yang memiliki andil dan dana yang besar, ialah sang power bagi yang kurang memiliki kekuatan spiritual yang baik
kerena masih minimnya iman dan spiritual terhadap Tuhan YME oleh karena itu dikacaukanlah pikiran dan hati mereka
banyak yang mengaku bertuhan namun hanya mengaku, itu saja
sempertinya Anomali sedang menertawai yang tidak dimengerti



semangArt

e m p a t

Nama: Efi Septianingsih
NIM: 17701251013
Penelitian dan Evaluasi Pendidikan
Kelas B

Ini merupakan refleksi ke empat saya, semoga dari sebagian yang saya refleksikan mampu berguna bagi pembaca dan khususnya saya sendiri berdasarkan refleksian yang telah saya buat ini. Selamat membaca. Sekali lagi saya benar-benar terngiang kalimat yang Prof utarakan “pikiran boleh kacau, tapi hati jangan”.
--------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada pertemuan ke empat perkuliahan Filsafat Ilmu dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 17 Oktober 2017 pukul 11.10 s.d. 12.50 berlokasi di ruang 200B Gedung lama Pascasarjana. Kuliah Fisafat Ilmu diampu oleh Prof. Dr. Marsigit, M.A.

Bismillahirohmanirohim
Ya allah jangan kacaukan hatiku, pikiran boleh hati jangan ya allah....... karena apapun yang terbaik dan terindah adalah kewajiban menuntut ilmu, hamba sedang ibadah, semoga ibadah hamba menjadi lebih baik lagi aamiin ya allah
Aamiin allahuma aamiin

Dibawah ini merupakan list pertanyaan dan jawaban dari jawab singkat pada kegiatan pembelajaran dikelas kami
Pertanyaan
Jawaban
Apakah sebab itu?
Fondamen
Apakah akibat itu?
Belum tentu sebab
Apakah sebab dari sebab?
Belum tentu sebab
Apakah sebab dari akibat?
Belum tentu sebab
Apakah sebab akibat?
Tesis
Apakah akibat sebab?
Akibat
Apakah akibat akibat?
Tesis
Apakah sebab sebab sebab?
Fondamen
Apakah akibat akibat akibat?
Tesis
Apakah tanpa sebab?
Intuisi
Apakah tanpa akibat?
Mitos
Apakah sebab tanpa?
Potensi
Apakah akibat tanpa?
Yang ada dan yang mungkin ada
Apakah mengada sebab?
Pengada sebab
Apakah sebab mengada?
Ada
Apakah mengada akibat?
Pengada akibat
Apakah akibat mengada?
Belum tentu pengada
Apakah pengada sebab?
Belum tentu mengada
Apakah sebab pengada?
Belum tentu mengada
Apakah mengada sebab akibat?
Potensi
Apakah mengada akibat sebab?
Potensi
Apakah mengada sebab sebab?
Potensi
Apakah mengada akibat akibat akibat?
Potensi
Apakah mengada sebab sebab sebab?
Potensi
Apakah mengada akibat akibat akibat?
Potensi

Seperti yang dapat dilihat bukan, bagaimana saya merasa semakin tidak tahu akan yang saya ketahui, bagaimana tidak jika apa yang saya lakukan, pikirkan bisa berubah sesuai dengan apa yang terjadi dengan ruang dan waktunya
Dalam pembelajaran tersebut mengajarkan saya bahwa apa pun yang ada didunia ini memiliki potensi yang berbeda-beda sesuai dengan apa yang yang ingin dituju, menuju, tertuju dan menunjukan
Karena apapun yang ada dunia ini tidak ada yang pasti, semua sesuai dengan tingkatan ilmu, peran, sosok, keadaan, ruang, waktu, yang semuanya mampu beragam.  Oleh karena itu apapun yang mungkin ada dan berintuisi memiliki peran, karena sebaiknya-baiknya hidup yang memiliki intuisi untuk hidup itu sendiri.


semangArt